Malam Lailatul Qadar Setelah Ramadhan
-->
Adalah malam penuh kemuliaan yang dijelaskan lebih mulia dari 1000 bulan. Dalam Al Quraan sendiri tidak dijelaskan kapan malam ini bisa terjadi namun Nabi Muhammad Saw menyatakan kalau malam ini terjadi di penghujung bulan ramadan tepatnya malam-malam ganjil. Apakah memang demikian?
Kalau kita lihat Allah memberikan Lailatur Qadar adalah sebagai bonus dari ketaqwaan yang dilakukan selama ini, nah ketaqwaan seseorang pada umumnya mencapai puncak pada saat-saat di bulan ramadan. Lain dengan puasa dan ibadah lain yang menyertainya, maka orang itu akan menjadi sedemikian bersih sehingga hubungan dengan sang khalik yang selama ini tersumbat akan menjadi bersih sama sekali dan memudahkan seseorang menerima Lailatur Qadar itu. Itulah sebabnya rasul memberi keterangan bahwa lailatur qadar itu ada di bulan ramadan.
Namun apabila kita kaji lebih dalam ayat Al Quraan itu sendiri maka malam lailatur qadar diturunkan Allah Setiap detik di siang dan malam hari selama 365 hari dalam setahun tanpa henti. Ini bisa kita capai apabila kita menganggap 12 bulan dalam setahun itu adalah semuanya ramadan. Hal ini juga pernah disabdakan rasul “ apabila kalian mengerti tentang keutamaan Ramadan maka niscaya kalian akan meminta semua bulan dalam setahun adalah ramadan”. Oleh karena itu siapapun orangnya apabila dia sanggup mempertahankan ketaqwaannya selama setahun penuh, maka dia akan mudah menangkap malam kemuliaan itu.
Siang? Ya! Karena Allah memberi rahmat bagi semua makhluk dengan tidak membedakan apakah itu siang atau malam, tidak adil rasanya bila belahan bumi yang sedang malam diberi lailatur qadar namun yang sedang siang tidak, tetapi kembali lagi Firman Allah dalam Al Quraan bahwa lailatur qadar adalah malam karena di malam hari lah kita bisa merenung dan bertafakur memikirkan Allah lebih dalam daripada disiang hari. Dengan aktivitas hening di malam hari inilah orang berpotensi untuk bisa membuka diri sendiri dalam menerima kemuliaan dari Allah.
Sekarang tinggal kembali kepada kita sendiri, sanggupkah kita mempertahankan setiap detik dari ketaqwaan yang telah diperolah selama Ramadan. Sanggupkan di luar ramadan kita tanpa sedetikpun meninggalkan Allah dan tetap bersama sifat-sifat Allah dalam pikiran, hati dan perbuatan kita?. Dalam dunia yang sudah semakin tua ini sangatlah sulit itu dilakukan. Dan bila itu sudah menjadi vonis, maka janganlah berharap kemuliaan itu akan datang diluar ramadan, sehingga tetaplah tunggu kemuliaan itu dimalam-malam ganjil sepuluh hari terakhir dibulan ramadan.
Mengapa malam ganjil di sepuluh terakhir?. Untuk mencapai puncak prestasi tidak ada yang direngkuh hanya dengan bertopang dagu, tetapi harus dengan usaha keras. Hal ini sudah menjadi sunatullah (hukum alam) yaitu apabila ada aksi maka akan terjadi reaksi. Dengan kata lain, kita perlu latihan ibadah berkali-kali dan terus-menerus untuk mendapatkan puncak prestasi. Karena itulah lailatur qadar diberikan di sepuluh hari terakhir dengan anggapan latihan ibadah di 20 hari sebelumnya sudah bisa menempa seseorang menjadi insan yang bertaqwa tinggal menuntaskan 10 hari terakhir agar mendapatkan puncak prestasi ibadah yang diinginkan yaitu lailatur qadar. Nabi Muhammad sendiri mendapatkan lailatur qadar pertamanya bukan pada 10 hari terakhir di bulan ramadan, melainkan 10 hari kedua tepatnya tanggal 17 ramadan dengan ditandai dengan perolehan wahyu pertama. Selanjutnya Nabi Muhammad mendapatkan lailatur qadar/kemulyaan bisa sewaktu-waktu pada saat wahyu dari Allah turun.
Alasan lain mengapa lailatur qadar ditetapkan pada malam-malam ganjil di bulan ramadan adalah karena kita adalah manusia biasa yang juga butuh istirahat, sehingga cukuplah kita memforsir diri di malam ganjil saja, sebab bila seluruh 10 hari terakhir kita selalu begadang, maka itu akan memperburuk fisik kita pada hari raya dan menjadikan enggan bersilaturrahmi dengan sesama.
Bagaimana caranya agar diri kita bisa menangkap kemuliaan itu setiap saat?. Pertama kita perlu mengetahui gelombang-gelombang energi apa saja yang mengarah kesekeliling kita apabila kita sedang hening atau beraktivitas lain.
l Gelombang Alfa (7-13 CPS): Keadaan Relaksasi, Meditasi, Tanpa stress
l Gelombang Teta (3,5-7 CPS): Kondisi Fikiran Kreatif, Genius, Penyembuhan hebat, Inspiratif.
l Gelombang Delta (0,5-3,5 CPS): Tidur nyenyak tanpa mimpi, penyembuhan alamiah, brain cleansing, Tumbuh Sel-Sel baru.
Untuk mendapatkan kemuliaan dari Allah, maka hati, otak dan tubuh kita harus sering dialfa-tetakan. Untuk mencapai kondisi alfa, orang bisa melakukan bermacam hal. Orang Islam akan melakukan ibadah puasa, shalat, zikir, berderma, sabar, tidak memperturutkan emosi, mengendalikan hawa nafsu, mempertahankan ke-ikhlasan, dan ibadah lain. Orang Kristen akan berdoa dan berkasih terhadap sesama, orang Budha bermeditasi, orang Hindu bersembahyang ke pura dan lain-lain. Ini semuanya adalah aktivitas penenangan diri yang tujuannya adalah meraih kedekatan dengan Tuhan dan kondisi spiritual yang membuat seseorang menjadi damai, rilex, senyum, pasrah, tentram dan bahagia. Pada kondisi tersebut ada seseorang yang saking dekatnya dengan Tuhan akan merasa menyatu dan berjumpa dengan sang pencipta. Pada kondisi inilah kemuliaan itu terjadi. Mungkin terjadi beberapa detik, tetapi mampu mengubah pandangan kita tentang hidup dan kehidupan karena Allah akan membukakan mata bathin kita untuk melihat hal-hal yang selama ini kita rasakan gelap keadaannya. Beberapa detik kesadaran tingkat tinggi ini akan mengakibatkan kita merasakan hidup menjadi lebih berguna baik bagi diri sendiri maupun manfaat bagi orang lain. Hidup yang lebih berguna inilah yang lebih baik dari 1000 bulan yang telah kita lalui sebelumnya. Semoga kita bisa melaluinya! Wallahu Alam.
Comments